Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva, Selasa (16/2/2010), mengatakan bahwa dia telah memerintahkan militer untuk berhenti membeli sebuah deteksi bom buatan Inggris setelah sebuah uji coba membuktikan jika kualitasnya lebih buruk dari anjing pelacak.
Abhisit mengatakan Thailand telah mengeluarkan sedikitnya 21 juta dolar AS untuk membeli 700-800 alat deteksi itu sejak 2003.
"Kami menyadari jika seekor anjing pelacak lebih baik daripada detektor GT200," kata Abhisit kepada wartawan, dan menambahkan, "Jadi tidak ada tambahan pembelian alat ini."
Uji coba pada GT200 dilakukan oleh Kementerian Ilmu Pengetahuan Thailand akhir pekan lalu menyusul peringatan dari Pemerintah Inggris. Alat itu hanya mendeteksi bom empat dari 20 kasus.
Detektor itu telah dikirim ke Irak dan Afghanistan, namun Inggris mencekalnya sejak saat itu.
Pasukan Keamanan Thailand telah membeli detektor itu untuk digunakan di wilayah selatan negara itu, lokasi gerakan separatis beroperasi selama enam tahun terakhir dan telah menyebabkan jatuhnya 4.000 korban jiwa.
PM Abhisit mengatakan Pemerintah Thailand akan mempertimbangkan menuntut pembuat alat itu di Inggris, ATSC, serta penyalurnya di Thailand, Avia Satcom Co, yang menjual alat itu kepada organisasi keamanan dengan harga rata-rata satu juta baht atau 30 ribu dolar AS untuk satu unitnya.
Abhisit mengatakan Thailand telah mengeluarkan sedikitnya 21 juta dolar AS untuk membeli 700-800 alat deteksi itu sejak 2003.
"Kami menyadari jika seekor anjing pelacak lebih baik daripada detektor GT200," kata Abhisit kepada wartawan, dan menambahkan, "Jadi tidak ada tambahan pembelian alat ini."
Uji coba pada GT200 dilakukan oleh Kementerian Ilmu Pengetahuan Thailand akhir pekan lalu menyusul peringatan dari Pemerintah Inggris. Alat itu hanya mendeteksi bom empat dari 20 kasus.
Detektor itu telah dikirim ke Irak dan Afghanistan, namun Inggris mencekalnya sejak saat itu.
Pasukan Keamanan Thailand telah membeli detektor itu untuk digunakan di wilayah selatan negara itu, lokasi gerakan separatis beroperasi selama enam tahun terakhir dan telah menyebabkan jatuhnya 4.000 korban jiwa.
PM Abhisit mengatakan Pemerintah Thailand akan mempertimbangkan menuntut pembuat alat itu di Inggris, ATSC, serta penyalurnya di Thailand, Avia Satcom Co, yang menjual alat itu kepada organisasi keamanan dengan harga rata-rata satu juta baht atau 30 ribu dolar AS untuk satu unitnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar