Kamis, 16 Juni 2011

Cacing Cumi "SQUIDWORM" Ditemukan Di Perairan Sulawesi


Keren Osborn, seorang dari tim ilmuwan asal Amerika Serikat berhasil menemukan mahkluk laut unik bertubuh menyerupai cacing dan cumi-cumi pada kedalaman 2,8 km di perairan Sulawesi-Indonesia.
Hewan ini memiliki keunikan karena pada bagian kepalanya terdapat 10 tentakel yang mencuat keluar sedangkan tubuhnya memanjang menyerupai cacing. Ukuran tubuhnya hanya 9,4 cm.
Cacing Cumi dengan nama ilmiah Teuthidodrilus Samae ini tergolong hewan predator karena memakan campuran tumbuhan dan hewan mikro laut yang tenggelam di kedalaman. 
Para ilmuwan dari Woods Hole Oceanographic Institute dan University of California ini mengatakan bahwa penemuan cacing cumi atau SQUIDWORM ini bukan hanya penemuan Spesies baru saja melainkan penemuan Genus (tingkatan taksonomi diatas Spesies) karena hewan ini memiliki sifat-sifat kehidupan yang berbeda dari hewan lain, demikian seperti dimuat dalam situs MSNBC, Rabu 24 November 2010.

Kamis, 09 Juni 2011

Pengaruh GLOBAL WARMING Terhadap Kehidupan Laut


Lebih dari 70% bagian bumi ini adalah lautan sehingga timbul asumsi bahwa kehidupan di bumi ini berawal dari lautan.
Laut merupakan ekosistem dan habitat terbesar bagi berbagai jenis mahkluk hidup di bumi. Laut juga memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari, salah satunya yaitu sebagai reservoir atau penampung panas radiasi matahari ke bumi sehingga Laut dapat mempertahankan iklim baik secara lokal maupun global.
Isu yang merebak abad ke-20 ini adalah terjadinya pemanasan global yang timbul akibat aktivitas manusia. Pemanasan global (Global Warming) adalah fenomena naiknya suhu rata-rata permukaan bumi yang diakibatkan radiasi panas bumi yang lepas ke udara ditahan oleh "selimut gas rumah kaca". Pada dasarnya atmosfir bumi menangkap radiasi panas yang lepas ke udara sehingga udara bumi bersuhu nyaman bagi kehidupan mahkluk hidup, namun revolusi industri telah meningkatkan gas rumah kaca seperti CO2 (Karbondioksida), CH4 (Metana) dan Nitous Oksida (N2O).
Dengan meningkatnya penyerapan CO2 menyebabkan peningkatan keasaman laut dan terumbu karang adalah yang paling rentan terhadap perubahan ini. Kita mengetahui bahwa Terumbu Karang tidak terpisahkan dari rantai makanan pada ekosistem laut. Selain dari tempat tinggal dan berkembang biak ribuan spesies ikan.
Apabila terjadi kerusakan pada Terumbu Karang maka dibutuhkan waktu lama untuk mengembalikan ke kondisi semula sehingga dapat dibayangkan akan terjadi kepunahan beribu spesies ikan karena kehilangan tempat tinggal dan makanan.